Senin, 20 April 2020

SAHABAT BERPOLITIK


Sebuah catatan saman lampau

Sahabat..... 
POLITIK memang punya banyak nuansa karena kekuasaan selalu karikatif. Ia [politik] berjalan mesarah bergandengan dengan Kepentingan bersama. Tapi ia pun cenderung lapuk dan retak oleh selisi harapan dan keterpenuhannya dalam iringan waktu yang terus berjalan menuju tapak batas.

Sahabat...
Lima musim memang bukanlah waktu yang singkat untuk sebuah penantian, meski cepat berlalu bagi yang rindu betah dalam ruang musim itu. Juga bagi yang memilih acuh tak acuh menjalani hari-hari hidupnya.
Ah,... cepat atau lambatnya sebuah penantian ternyata sama-sama tertulis dalam sejarah waktu dan dinamika rasa pun ikut tertoreh di sana.

Betapa luar biasanya waktu. Ia sungguh mampu menyimpan memori tanpa memilah suka dan ataupun duka, hingga tiba pada saatnya menjadi pemicu rasah rindu dan benci.
Itulah manusia. 
Tak ada yang boleh mengatakan TIDAK kecuali wujud insaninya telah berubah.

Sahabat....
Sejarah waktu tidak memungkiri, bahwa kita memang pernah bersama dlm satu ruang musim meski tidak semesrah Romeo dan Julio.
Sejarah yg sama pula tidak membantah akan fakta yg telah terjadi bagai hukum semesta tentang timur dan barat. Sejarah yang sama itu pula telah menyiratkan fakta bahwa Dia lah yg menghendaki kemana kaki mu harus melangkah, mencabut pedang dari sarungnya untuk menghabiskan siappun yang tak nyaman bagi takhtanya. Dia sungguh menjadi Raja yang telah merampok hak dan kuasa mu dari singgah sana harapan kaum yang tak bersuara.
Dia sungguh terlalu!!!

Sahabat.....
Lihatlah ke ufuk barat... mentari musim ini tengah menggelinding perlahan ke peraduannya. Mestinya akan tiba senja yang indah untuk kalian merajut hati, menyongsong fajar esok. Tapi apa yang terjadi  sepertinya ditinggal pergi tanpa pelukan mesrah seperti saat indah dulu. Seakan ia berburuh waktu untuk berpindah ke lain hati.
Sial.... seolah-olah Politik mesti tak bernurani...!!!!

Pantang Berterimakasih.-!!!!!

       Dan kini musimpun nyaris berganti. Rasahnya niat ini hendak mencari mu dimana kini kamu berteduh dari hempasan puting beliung olehnya yang membabi buta. Mencari mu untuk menemukan tatapan mu, membaca tulisan di loh hati mu dan mendengar nyanyian hati mu tentang dia.
     Mungkinkah kita punya nyanyian yang sama untuk menghibur mereka yang terus tertipu oleh senyumnya yang suka memelas, suaranya yang lembut menyapa dan gaya jalannya pelan dan berwibawa sambil menebar janji-janji ????
      Mungkinkah kita punya nyanyian yang sama untuk melindungi mereka-mereka kaum tak ber "pengetahuan"dari strategi busuk dan pensoliman terhadap orang-orang yang sedang menawarkan niat baik ?

Ahhhh, saya ngopi dulu....***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar